Kamis, 22 Desember 2016

KEUTAMAAN SHOLAT BERJAMAAH

KEUTAMAAN SHALAT BERJAMAAH
 OLEH ANDI IRNA NURUL FUADY IMRAN
Kaum muslimin rahimakumullah
                Shalat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim yang tidak dapat ditinggalkan, karena shalat itu merupakan tiang agama ibarat sebuah rumah jika tidak memiliki tiang rumah tersebut tidak akan kokoh begitupun dengan agama islam jika kita tidak melaksanakan shalat maka agama kita bisa rapuh       
                Bahkan shalat adalah amal yang pertama diperiksa oleh Allah SWT apabila shalat kita sudah lulus dalam periksaan Allah maka semua amal kita ikut selamat. Tapi sebaliknya jika amal shlat kita tidak lulus maka amal kita ikut terkatung-katung
Kaum muslimin rahimakumullah
                Selain itu didalam agama islam ibadah shalat memiliki keistimewaan yaitu shalat berjamaah, shalat berjamaah seorang muslim itu lebih mulia dari pada shalat sendirian dirumahnya, ditambah lagi jika kita menyempurnakan wudhu dan berangkat ke mesjid semata-mata niat kita tulus dan ikhlas melaksanakan perintah Allah maka Allah akan mengangkat derajat kita serta manggugurkan dosa-dosa yg telah kita perbuat sampai kita memasuki mesjid ditambah lagi melaksanakan shalat maka malaikat akan senantiasa mendoakan kita hingga kita meninggalkan tempat sholat itu. Begitu istimewanya shalat berjamaah yaitu sehingga Allah SWT memberikan banyak kelebihan pahala bagi yang melaksanakannya maka rugilah kita bila tidak melaksanakannya disisa umur kita yang tidak tau kapan sang pemilik akan mengambilnya
                Diriwiyatkan dari Bukhari dan Muslim bahwa shalat jamaah itu lebih diutamakan dari pada shalat sendiri 27 derajat, dan orang yang melaksanakan shalat wajib secara berjamaah maka akan dicatat atasnya pahala bagaikan orang yang berhaji, dan barang siapa yang shalat sunnah berjamaah maka dicatat baginya pahala orang yang umrah.










Rabu, 06 April 2016

RESENSI NOVEL
DIBAWAH LINDUNGAN KA’BAH
 








OLEH :
ANDI IRNA NURUL FUADY IMRAN
XI IPA MA PERGIS GANRA



 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan petunjuk-Nya sehingga Alhamdulillah Resensi ini dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
 Resensi ini sebagai syarat dan bahan untuk penilaian dalam bidang Study BHS.INDONESIA  dalam penulisan resensi ini penulis menyadari bahwa terselesainya resensi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, olehnya itu Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya kepada ibu guru bidang study  BHS.INDONESIA “ Ibu Sunarti, B.A”  yang telah membimbing kami, begitupun kepada rekan-rekan kelas XI IPA tak lupa penulis haturkan terima kasih atas kerja samanya.
Selain itu, penulis juga menyadari bahwa dalam resensi ini masih terdapat begitu banyak kekurangan, olehnya itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Semoga amal ibadah kita bernilai ibadah disisi Allah SWT Amin.


            Ganra, 23 November 2015

Penulis






DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 2
DAFTAR  ISI ....................................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Isi Novel ................................................................................................................ 4
B.     Tujuan  Pembuatan Resensi.................................................................................... 4
C.     Manfaat Novel....................................................................................................... 4
D.    Audiens (Sasaran) ................................................................................................. 5
E.     Sistematika............................................................................................................. 5
F.      Bahasa dan Ejaan................................................................................................... 5

BAB II : PEMBAHASAN
A.    Identitas Novel ...................................................................................................... 6
B.     Sinopsis Novel ....................................................................................................... 6-10
C.     Kelebihan dan Kekurangan Novel ......................................................................... 10
BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................................................................................ 11
B.     Saran ...................................................................................................................... 11





BAB I
PENDAHULUAN

      A.     Isi Novel

Novel ini menceritakan tentang kisah cinta antara Hamid dan Zaenab yang tidak dapat bersatu karena banyaknya jurang pemisah antara keduanya dan pada akhirnya hanya bisa memendamnya sampai ajal menjemput keduanya.

      B.    Tujuan Pembuatan Resensi

*      Resensi ini sebagai bahan penilaian dalam tugas akhir semester ganjil Bahasa Indonesia

*      Untuk memelatih diri dalam pembuatan resensi

*      Memberikan pertimbangan kepada masyarakat apakah layak membaca buku ini atau tidak.


     C.    Manfaat Novel

Novel ini bermanfaat bagi masyarakat khususnya bagi para remaja karena menceritakan tentang  problema yang biasa dihadapi oleh kalangan  remaja, dapat memberikan motifasi hidup dan juga novel ini mengandung unsur realigi.









      D.    Audiens (Sasaran)

                Novel ini ditujukan oleh masyarakat luas dan khususnya bagi kaum remaja baik itu pelajar atau mahasiswa.


      E.     Sistematika

Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah ini tersusun mulai dari pembukaan, isi dan penutup.


     F.     Bahasa dan Ejaan

Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah ini menggunakan bahasa yang tidak baku, bahasa yang digunakan masih susah dipahami karena mnggunakan bahasa Padang dan Melayu.













BAB II
PEMBAHASAN

      A.     Identitas Novel

Judul buku                  :  Dibawah Lindungan Ka’bah
Penulis                         :  Hamka
Penerbit                       :  PT. Bulan Bintang
Cetakan                       :  25-Jakarta: Bulan Bintang, 2001
Jumlah Halaman          : 80 halaman
Kertas Isi                     : HVS 70 gram
Kertas Kulit                : AC 180/210 gram
ISBN 979-418-063-7

     B.    Sinopsis Novel
Saat berusia empat tahun ayah Hamid telah wafat, ia meninggalkan Hamid dan ibunya dalam keadaan sangat melarat. Rumah yang mereka tinggali hanya sebuah rumah kecil yang sudah tua yang lebih pantas disebut gubuk. Ibunya telah putus harapan memandang hidup dan pergaulan dunia ini karena dililit kemiskinan, ia hanya menggantungkan harapan kepada anak semata wayangnya Hamid.
Pada waktu malam, ketika ingin tidur ibu Hamid seringkali bercerita kepada Hamid tentang ayahnya yang memiliki budu luhur dan memiliki cita-cita besar untuk Hamid, ia bercita-cita untuk menyekolahkan Hamid sehingga ia menjadi orang yang terpelajar. Pada waktu itu perniagaan ayah Hamid sedang berkembang dengan pesat maka orang-orangpun datang berduyun-duyun  mengatakan bahwa mereka bersaudara, berkarib, dan berfamili sehingga rumah kiri kanan senantiasa mendapatkan kunjungan, tetapi setelah perniagaan ayah Hamid jatuh dan menjadi melarat orang-orang menjadi menjauh sedikit demi sedikit dan enggan membantu. Lantaran malu keluarga Hamidpun pindah ke kota Padang tinggal dirumah kecil yang ia tempati sekarang.
Karena diumur yang semuda itu ia telah ditimpa sengsara yang tidak berkeputusan, ia tidak bisa merasakan masa kanak-kanak seperti anak seusianya yang senang senangnya bermain. Ia hanya duduk didekat ibunya sambil membantu ibunya bekerja.
Setelah Hamid sudah agak besar ia menjajakan kue dari rumah kerumah,laba dari penjualan kue hanya cukup untuk makan sehari-hari. Umur Hamid telah masuk enam tahun setahun lagi sudah mesti menduduki bangku sekolah, ibunya tidak putus harapan  ia berjanji akan menyekolahkan Hamid dan membayarkan cita-cita almarhum suaminya.
Didekat rumah Hamid ada sebuah Rumah besar yang telah lama ditinggalkan pemiliknya yaitu seorang Belanda yang telah kembali ke Eropa dan rumah itu diperbaiki dan ditempati oleh seorang yang kaya raya bernama Engku Haji Ja’far bersama istrinya Mak Asiah dan anak perempuannya Zaenab yang hampir sebaya dengan Hamid. Hamid ketika ingin berjualan sering melewati rumah besar itu dan menawarkan jualannya akhirnya istri pemilik rumah itu yang mukanya jernih,peramah dan penyayang dan anak pemilik rumah itu yang taat pada ibunya membeli gorengannya karena merasa kasihan kepada nasib Hamid wanita itu sering mengajak Hamid untuk singgah dirumahnya dan berbincang-bincang, yang pada akhirnya menawarkan pada Hamid untuk memangggil ibunya untuk bekerja dirumah Engku Haji Ja’far pada awalnya ibu Hamid tidak setuju dengan ajakan itu tetapi setelah dijelaskan oleh Hamid ia pun mengerti dan akhirnya bersahabatan antara ibu Hamid dan Mak Asiah terjalin dengan begitu erat karena seringnya mereka bercerita tentang kisah hidupnya.
Keesokan harinya Hamid membawa berita gembira kepada ibunya bahwa ia akan disekolahkan bersama Zaenab oleh Engku Haji Ja’far , Hamid telah menganggap Zaenab sebagai adiknya sendiri ia senantiasa menjaga dan melindungi Zaenab dengan sepenuh hati,persaudaraan antara keduanya terjalin dengan suci dan ikhlas adanya sampai mereka tamat dari sekolah pertengahan.
Begitu besar jasa Engku Haji Ja’far yang telah menyekolahkan Hamid dari sekolah rendah (HIS) sampai dengan (MULO), tetapi setelah tamat dari MULO Zaenab sudah tidak melanjutkan lagi pendidikannya karena dalam adat orang hartawan dan bangsawan Padang anak perempuan yang telah mneyelesaikan pendidikannya masuk dalam masa pingitan yang tidak boleh keluar rumah kecuali hal penting yang didampingi oleh ibu atau kepercayaannya hingga ia bersuami kelak. Dan Hamid sendiri akan berangkat ke Padang Panjang sebab Engku Haji Ja’far masih sanggup membiayai kehidupannya. Semenjak pindah di Padang Panjang hati Hamid selalu merasa kesepian ia merasa bahwa ada yang telah hilang dari hidupnya begitu dengan jiwanya seperti kehilangan sesuatu perasaanya pun merasakan perasaan-perasaan ganjil yang sangat mengganggu kerja otaknya.
Hamid seringkali menghitung bulan demi bulan, dan bila tiba saatnya bulan puasa ia sangat senang karena bisa kembali kekampung halamanya bertemu dengan ibunya, kemudian ia juga dapat bertemu dengan Zaenab. Tiba saatnya untuk kembali kekampung halaman hati Hamid sangat senang tetapi ada yang berbeda ketika ia berhadapan dengan Zaenab, ia kaku untuk berbicara dan bingung apa yang harus ia katakana padahal selama ia diperjalanan ia telah meracang apa yang akan ia bincangkan dengan Zaenab.
Cinta itu adalah jiwa. Hamid merasa bahwa didalam diri Zaenab adapula separuh dirinya, dahulu ia tidak peduli akan hal itu tetapi setelah dewasa dan berpisah jauh dari Zaenab barulah ia sadar bahwa jika tidak berada disamping Zaenab ia merasa kehilangan sesuatu. Hamid berpikir bahwa mustahil ia dan Zaenab akan bersatu, jurang pemisah diantara mereka sungguh dalam mustahil apabila Zaenab yang berasal dari keluarga terpandang bersanding bersama Hamid yang hanya orang biasa. Selepas bulan Ramadhan Hamidpun kembali ke Padang Panjang.
Setelah beberapa bulan kemudian tak disangka musibah besar menimpa. Engku Haji Ja’far  ia meninggal dunia dan berubahlah kehidupan hubungan hamid dengan keluarga Zaenab kini pintu rumah yang selalu terbuka lebar sekarang mau tak mau telah tertutup. Belum sembuh luka yang dirasakan hamid karena kehilangan Engku haji Ja’far yang sangat berjasa dalam kehidupannya kini ia harus merelakan kepergiaan ibu kandungnya sendiri kini Hamid tinggal sebatang kara dalam dunia ini.
Telah berlalu kejadian yang berturut-turut membuat batin Hamid tersiksa dan memberi bekas dalam jiwanya. Sejak kematian Engku Haji Ja’far, Hamid sudah tidak pernah lagi berkunjung ke rumah Zaenab ia karam dalam perenungan hidupnya yang sebatang kara. Tetapi tiba-tiba datanglah Mak Asiah yang mengajak Hamid untuk datang berkunjung ke Rumahnya setelah tiba di Rumah Mak Asiah ia pun berbincang-bincang bagaikan disambar petir mendengarkan perkataan Mak Asiah yang ingin mempertalikan Zaenab dengan kemenakan Almarhum Haji Ja’far  agar ada yang mengurusi rumah dan harta peninggalan almarhum dan Hamid diminta untuk melunakkan hati Zaenab agar ingin menerima pertalian itu. Akhirnya Hamidpun berusaha untuk membujuk Zaenab untuk mau menerima pertalian itu. Sebenarnya berat rasanya Hamid ingin mengatakan hal itu pada Zaenab, membujuk Zaenab agar mau menikah dengan orang lain padahal dalam hatinya ia memiliki cinta yang tulus dan kuat pada Zaenab, tetapi ia telah diberi amanah oleh Mak Asiah untuk membujuk Zaenab, Hamid pun membujuk Zaenab,setelah mendengar perkataan Hamid pada dirinya, Zaenab hanya bisa meneteskan air mata dan mengatakan bahwa ia tidak mau menikah. Karam rasanya bumi ini dipijakkan Hamid mendengarkan perkataan Zaenab yang menolak untuk dinikahkan sambil meneteskan air mata. Diotaknya berputar-putar memikirkan apakah Zaenab juga memiliki rasa yang sama. Terbukalah harapan untuknya sedikit.
Setelah kejadian itu Hamid memutuskan untuk meninggalkan kota Padang dan tak ada seorangpun yang mengetahui kepergiannya, setelah itu hamidpun melanjutkan perjalanan ke Medan setelah sampai di Medan Hamid menulis surat untuk Zaenab ia memberanikan dirinya dan itulah surat pertama Hamid untuk Zaenab  yang berisi curahan hati dan perasaannya setelah mengirim surat itu Hamid pun tidak berlama-lama di Medan ia segera berangkat menuju Siangapura mengembara Ke Bangkok berlayar terus memasuki tanah Hindustan dan dari Karachi berlayar menuju Basrah masuk ke Irak, melalui Sahara Nejd dan akhirnya sampailah ke Tanah Suci Mekah, setiap malam Hamid beriktikaf di dalam Masjidil Haram .
Setelah setahun berada di Mekah, tibalah musim Haji selanjutnya  dan tidak disangka Saleh, teman Hamid semasa   bersekolah di Padang Panjang juga berada di Mekah dan menumpang di tempat Syekh yang ditempati oleh Hamid akhirnya bertemulah dua sahabat lama itu. Kedatangan Saleh membawa perubahan besar dalam kehidupan Hamid, Saleh bercerita kepada hamid bahwa ia telah menikah dan istrinya bernama Rosna yaitu teman dekat Zaenab, bagaikan disambar petir mendengar nama Zaenab yang sudah lama tidak didengarnya oleh orang lain kecuali dirinya sendiri yang menyebutkannya, wajahnyapun pucat.
Menurut penuturan Saleh, Zaenab sering kali meminta Rosna untuk datang ke Rumahnya untuk menemaninya,karena hubungan persahabatan yang begitu dekat Zaenab telah sudi membuka rahasia-rahasianya yang sulit  kepada Rosna,yang paling mengejutkan, Rosna pernah mendapati Zaenab merenungi sebuah album lekat-lekat didekat album itu terdapat sebuah surat yang telah lusuh dan lunak karena kerap kali dibaca dan dibuka lipatannya, hal itupun menggugah hati Rosna untuk dapat mengetahui lebih lanjut apa yang terjadi pada diri Zaenab apa gerangan yang selalu membuatnya bersedih seakan-akan kehilangan separuh dirinya hari-harinya selalu saja dilewati dengan kesedihan air matanya selalu membingkai diwajahnya.
Rosna memberanikan diri untuk membujuk Zaenab agar ingin menceritakan kedukaan yang ia alami awalnya Zaenab hanya termenung dan akhirnya mencurahkan segala kegundahan dan kegelisahan hatinya ia menceritakan kejanggalan yang ia rasakan dalam hatinya semenjak Hamid pergi ia merasa ada sesuatu yang telah hilang dijiwanya yang juga pergi bersama Hamid walaupun Hamid tak begitu gagah tidak setara dengan Zaenab yang bergelimpangan harta tapi kesederhanaannyalah yangmembuat Zaenab jatuh hati. Zaenab pun mengakui perasaannya kepada Rosna bahwa ia sangat mengagumi hamid dan mencintainya dengan tulus. Zaenab pun menulis surat kepada Hamid yang ia titipkan kepada Saleh sebelum ia pergi Zaenab meminta kepada Saleh untuk memberikan surat itu kepada Hamid jika ia bertemu nanti, dan tidak disangka Saleh pun bertemu dengan Hamid di Mekkah dan ia pun menyerahkan surat titipan Zaenab, alangkah gembira hati Hamid pengharapannya selama ini tidak sia-sia Zaenab juga memiliki rasa yang sama dihatinya tapi sayang karena ketika surat itu sampai ditangan Hamid ia telah berada jauh dari Zaenab ditanah air.
Pada hari kedelapan bulan Hijriah mereka berangkat ke Arafah, awalnya setelah membaca surat itu keadaan Hamid baik-baik saja tetapi setelah dua hari kondisi kesehatannya menurun ia diserang demam apa boleh buat Hamid tidak dapat meninggalkan wukuf di Arafah yang sudah menjadi rukun, setelah selesai melaksanakan wukuf di Arafah mereka kembali ke Mina, berhenti sebentar di Musdalifah untuk melempar jumrah, pada hari kesepuluh,sebeleas,dua belas, dan tiga belas mereka kembali ke Mekah untuk mengerjakan tawaf besar dan sai. Demam yang menyerang tubuh Hamid semakin bertambah setelah ditimpa suhu yang sangat panas di Arafah, Hamid tak lagi ingin makan wajahnya pucat dan badannya sangat lemah. Ia sangat lemah sehingga tidak mampu lagi melaksanakan tawaf akhirnya Saleh mencari orang Badui yang akan mengangkat Hamid diatas bangku untuk melaksanakan tawaf dan diberi upah, tiba-tiba saja datanglah Syekh yang membawa sepucuk surat dari Sumatra yang datangnya dari Rosna. Wajah Saleh menjadi pucat, jantungnya  berdebar-debar membaca isi surat yang tidak ia sangka-sangka bahwa Zaenab telah wafat.
Sebanarnya Saleh tidak ingin menceritakan hal tersebut kepada Hamid karena kondisi Hamid sudah parah, namun Hamid mendesaknya untuk menceritakan hal tersebut, setelah Hamid mendengarkan kabar duka tersebut kepalanya tertekun, ia menarik nafas panjang dan meneteskan air mata.
Setelah acara di Mina, keduanya berangkat menuju Masjidil Haram. Ketika mereka selesai mengelilingi Ka’bah, Hamid minta diberhentikan di Kiswah. Sambil memegang Kiswah itu , ia mengucapkan.” Ya, Rabbi, ya Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Penyayang” beberapa kali. Suaranya semakin melemah dan akhirnya berhenti selama-lamanya. Hamid telah meninggal dunia di hadapan Ka’bah, rumah Allah, dan ia akan menuju kesana. DiBawah Lindungan Ka’bah
                           
    C.    Kelebihan dan Kekurangan Novel

ü  KELEBIHAN
*      Pembaca dapat merasakan apa yang dialami oleh Zaenab dan Hamid.
*      Terdapat  banyak pelajaran hidup yang baik dijadikan sebagai pedoman.
*      Kisahnya bersifat realigi sehingga sangat baik dibaca oleh para pemuda muslim.
*      Alur ceritanya sangat mudah dipahami.


ü  KEKURANGAN
*      Penggunaan bahasanya kurang dapat dimengerti karena menggunakan bahasa Melayu-Minang
*      Sampulnya novel kurang menarik sehingga pada saat melihat sampulnya pembaca seakan-akan tidak tertarik



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan


Amanah yang dapat kita ambil dari novel Dibawah Lindungan Ka’bah adalah kita harus kuat dan sabar dalam menghadapi persoalan dan cobaan hidup, mentaati orang tua, tidak cepat putus asa dan menyerah serta senantiasa berpegang teguh pada tali agama-Nya (Islam).


B.    Saran

Novel ini layak dibaca oleh kalangan anak remaja maupun dewasa, bahkan orang tua sekalipun, karena ceritanya menarik, menceritakan tentang romantisme,perjuangan hidup dan kesabaran tingkat tinggi yang dapat membuat kita untuk menitikkan air mata.